Add me on Google+
Add me on Facebook

Jalan Ke Surga

Diposting oleh Label: di
jalan-ke-surgaBakri terengah-engah dengan jantung berdegup kencang. Dia baru saja menyelesaikan tugasnya. Jembatan kecil yang baru dilewatinya seolah pernah dia lihat gambarnya di komik. Tetapi, kini dia merasakan sendiri, suasananya begitu mencekam. Dia tidak dapat membayangkan sean-dainya dia terpeleset sedikit saja. Di bawah terbentang jurang menganga. Anehnya di bawah jurang itu berwarna merah campur hitam. Hawanya terasa sangat panas menyesakkan nafas. Ini terasa sejak Bakri tertatih-tatih dari awal melewati jembatan itu. Bakri bersyukur saat merasakan ada angin keras mendorongnya. Entah dari mana datangnya. Kilatan angin tersebut seolah menerbangkannya hingga di pinggir jembatan. Penting, dia telah selamat melewati jembatan mengerikan tersebut. Bakri masih bertanya-tanya dalam hati, mengapa sekarang bisa sampai disini ?
Bakri kebingungan melihat banyak orang yang menjerit makin keras. Itu pasti jeritan orang-orang yang tidak bisa sampai di tepi jembatan. Entah apa kejadian di bawah jurang tersebut. Jeritan mereka melengking, meraung dan mengerikan. Ihh … bergidik bulu kuduk Bakri mendengarnya. Bakri menoleh ke kanan dan ke kiri. Barangkali ada orang yang bisa ditanya.
Oh itu … ada sosok petugas. Melihat penampilannya, Bakri meyakininya sebagai petugas. Bakri mengejarnya. Tetapi sayang, petugas tersebut terlanjur masuk di dalam istana megah tersebut dan menutup pintu. Bakri menggedor pintu yang indah tersebut. Namun, pintu tetap belum dibuka. Bakri memberanikan diri bertanya dengan suara keras. Mungkin saja bisa dibalas oleh petugas tersebut.
“Hooii…, maaf apakah Anda petugas disini ?” Bakri mengeraskan suaranya.
Dari dalam istana ternyata ada juga jawaban. “Betul Bakri, tetapi Anda tidak boleh masuk saat ini. Kalau Anda mau bertanya, silahkan … akan saya jawab.”
Bakri makin bingung, benaknya bertanya, “Dari mana petugas itu tahu namaku? Padahal aku belum berkenalan sebelumnya? ” Daripada kehilangan kesempatan, Bakri memilih melanjutkan pertanyaan dan jeritannya.
“Bolehkah saya masuk sebentar saja ke dalam istana ini?” tanya Bakri.
“Tidak boleh.”
“Mengapa?”
“Karena tugas Anda belum selesai!” jawaban petugas.
“Bangun Bang, sudah subuh!” bu Bakri menggoyang-goyang tubuh suaminya.
“Astaghfirullah!” Bakri tergagap bangun dari tempat tidur. Dia termenung mengingat mimpi yang baru dialaminya. Maka, mulailah kegiatan rutin hari itu dari seorang pak guru Bakri.
Bimbingan Teknis
Moch. Bakri adalah ejaan nama dari tokoh utama ini. Dia bertugas sebagai Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Pecontoan 3. Jam mengajarnya 12 jam perminggu. Kepala Sekolah memberi tugas tambahan sebagai petugas perpustakaan sekolah. Hal ini sebagai kompensasi pemenuhan kewajiban jam mengajar. Dimana, setiap guru harus mengajar minimal 24 jam/minggu.
Banyaknya administrasi kegiatan belajar mengajar menuntut pak Bakri harus mendahulukan tugas pokoknya. Sehingga urusan perpustakaan sekolah selama ini masih dinomorduakan. Hakikat perpustakaan sebagai jantung sekolah sudah terlupakan oleh semua personil sekolah. Meskipun istilah ‘terlupakan’ mungkin tidak sesuai. Mungkin, istilah yang paling cocok adalah ‘sengaja dilupakan’. Kenyataannya, ruang perpustakaan sekolah SDN Pecontoan 3 kurang dimanfaatkan. Mungkin istilah ‘gudang buku’ lebih cocok daripada perpustakaan. Istilah lainnya ‘antara hidup dan mati.’ Itulah penyakit yang banyak terjadi di lembaga sekolah. Perpustakaan tidak tertangani dan tidak dimanfaatkan.
Ketika suatu saat tiba. Surat Edaran dari Dispendik Kecamatan datang sebagai solusi masa-lah. Dispendik bekerjasama dengan Perpusda Kabupaten menyelenggarakan Bimbingan Teknis bagi Pengelola Perpustakaan Sekolah. Semua lembaga diwajibkan mengirimkan minimal satu orang per-sonilnya. Demikian juga Kepala Sekolah SDN Pecontoan 3 menunjuk pak Bakri untuk mengikuti acara itu.
Bimbingan Teknis di kecamatan berlangsung selama tiga hari. Beberapa hal menarik masih diingat oleh pak Bakri. Sambutan Kepala Dispendik Kabupaten terekam di benaknya.
“Saudara hadirin yang terhormat, Bimbingan teknis ini kita laksanakan demi melaksanakan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 yang ditetapkan pada tanggal 11 Juni 2008. Khususnya Pasal 2, dimana dinyatakan bahwa :
Penyelenggara sekolah/madrasah wajib menerapkan standar tenaga perpustakaan sekolah/ madrasah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, selambat-lambatnya 5 (lima) tahun setelah Peraturan Menteri ini ditetapkan.”
Materi bimbingan teknis sudah banyak diwarnai dengan stabilo. Pak Bakri ingin hal-hal penting tersebut mudah diingat dan ditemukan kembali saat dibutuhkan. Buku Undang-undang 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan tidak luput dari perhatiannya. Pandangannya terpaku pada Pasal 3 yang menyebutkan : “Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.”
Pak Bakri men-stabilo ketiga kata di atas. Benak pak Bakri berkata di hati, “bisa jadi anak-anak muridku sulit berpikir cerdas dan berkemampuan karena memang perpustakaan sekolah tidak difungsikan dengan maksimal!”
Demikian juga pak Bakri men-stabilo tiga kata pada pasal 5 :
“(1a) Masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memperoleh layanan serta memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan;…”
Dada pak Bakri makin sesak, seolah ada beban kesalahan. Mengapa selama ini dia belum menangani serius perpustakaan sekolahnya.
Selanjutnya stabilo bergerak pada pasal 6 yang menyebutkan :
“(1) Masyarakat berkewajiban mendukung upaya penyediaan fasilitas layanan perpustakaan di lingkungannya;
Muncul pemikiran di benak pak Bakri, “Sepulang dari acara ini aku akan mengajak seluruh wali murid dan alumni yang telah sukses untuk ikut memberdayakan perpustakaan sekolah.”
Dia juga makin tertarik setelah menyimak pasal 23 ayat 6 :
“ Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.
Hukum Dasar Perpustakaan
Pak Bakri benar-benar menyadari pentingnya perpustakaan setelah materi five laws of library science disampaikan. Pemateri mengistilahkan ini sebagai Hukum Dasar Perpustakaan. Yakni, Books are for use; Every reader his book; Every book its reader; Save the time of the reader; A library is a growing organism.
Dasar pertama, bahwa buku harus digunakan. Ini sangat bertolak belakang dengan kondisi di sekolahnya. Benar-benar banyak buku yang belum atau tidak dimanfaatkan. Demikian juga dasar kedua yang mengatakan bahwa setiap pembaca harus ada bukunya. Kondisi ini benar-benar menjadi kenyataan. Banyak murid enggan kembali ke perpustakaan karena buku yang dicarinya tidak ada.
Sedangkan dasar yang mengatakan bahwa setiap buku harus ada pembacanya. Hal ini berkaitan dengan proses pengembangan perpustakaan. Jangan sampai koleksi perpustakaan tidak terjamah gara-gara memang tidak dibutuhkan oleh pemustaka. Saat membeli buku untuk perpustakaan juga harus memperhatikan prospek kemanfaatan buku koleksi perpustakaan. Dengan demikian perpustakaan menjadi sumber rujukan yang diidolakan oleh masyarakat pembacanya.
Demikian juga dasar keempat bahwa perpustakaan harus bisa menghemat waktu pemustakanya. Para pemustaka harus dibuat senyaman dan secepat mungkin menerima layanan perpustakaan. Itulah sebabnya ada ilmu klasifikasi, katalogisasi, penataan ruang dan rak, dan sebagainya. Dengan pengelolaan yang sistematis, pemustaka akan cepat menemukan koleksi dan/ atau informasi yang dibutuhkannya.
Penting juga dasar kelima bahwasanya perpustakaan adalah institusi yang tidak statis. Perpustakaan harus tumbuh dan/atau berubah lebih baik. Sebagaimana layaknya setiap organisme. Perubahan yang diharapkan adalah lebih baik dalam semua aspeknya. Baik menyangkut ketersediaan koleksi, kompetensi petugas, sistem layanan, juga manfaat yang diberikan untuk pemustaka. Karena, hakikatnya tidak ada perpustakaan yang paling lengkap di dunia ini. Yang ada adalah perpustakaan yang lebih baik dan lebih lengkap daripada kemarin.
Terbayang-bayang
SDN Pecontoan 3 sudah sepi. Semua personil sekolah sudah pulang ke rumah masing-masing. Demikian juga tidak terdengar lagi keramaian murid-muridnya. Pak Bakri termenung di dalam ruang perpustakaan, atau lebih pantas disebut ‘gudang buku’. Meskipun sedikit, dia sudah punya bekal ketrampilan mengolah koleksi perpustakaan. Ingatannya melayang mengingat mimpinya semalam. Perpustakaan adalah jantung sekolahku. Jantungku harus sehat. Teringat juga dengan statement yang diterima dalam bimbingan teknis. “Perpustakaan mengantarkan anak-anak kita meraih sukses. Perpustakaan adalah jalan menuju surga.”
Mata pak Bakri berkaca-kaca. Dia merasakan ada beban berat di pundaknya. Perpustakaan sekolahnya tidak diberdayakan. Mimpiku semalam mungkin peringatan-Nya padaku. Tanggung jawab ini harus aku laksanakan. “Astaghfirullahal adziim.”
Posting Komentar

Back to Top